Mengucapkan syukur, itu kata serta sikap yang perlu kita kerjakan pada sekarang ini. Apa yang perlu kita kerjakan? Kita bukan siapa saja, cuma seperti anai-anai kita itu saat ini berterbangan yang tertiup oleh hembusan angin serta stop disaat angin itu stop meniupnya.
Pendaki gunung tidak sampai ke pucuk gunung seandainya ia cuma diam serta merintih dalam tempat, sebaliknya bila ia berjalan meskipun perlahan-lahan sambil diselingi bergumam di mulutnya ia akan sampai ke pucuk itu. cara untuk cara yang di pijakan beberapa pendaki itu dikit demi sedikit mengurangi waktu untuk capai pucuk. Jadi inget waktu muncak pertama-tama. flashback ceritanye gan? Hahaha
Saat itu gua baru lulus sekolah menengah atas (SMA), pertama kalinya gua diajak sama saudara gua yang dari Tebet. Semula gua tanya-tanya masalah muncak itu bagaimana, apa yang perlu dibawa dan lain-lain pertanyaan sekitar dunia pendakian. Maklum, soalnya saudara gua kalau dapat dikata seniorlah di dunia pendakian meskipun belum menginjakan kakinya di gunung Everest yang paling tinggi di dunia ini.
Satu saat pada pagi hari, saudara gua bertanya "esok ingin turut muncak tidak?", gua jawab dengan spontan dengan raut muka yang sedikit bingung "muncak? muncak ke mana bang?". Saudara gua nyaut lagi dengan logat betawinya "ke Merbabu, tetapi gimane kelak aje soalnya di merbabu lagi ada badai, kalau tidak ke merbabu ke merapinye". Singkat kata, hasil percakapan gua sama saudara gua itu berbuntut dalam kata setuju. Maaf maaf kate aje ni yee gua potong ceritanye, soalnye panjang sekali percakapan pada saat itu sampai capai kata setuju.
Tanpa persiapan apa-apa, besoknya gua langsung pergi. Malam-malamnya gua prepare, tidak tahu gua sampai jam berapakah itu beresnya. Siang mendekati sore, gua pergi ke stasiun pasar senin. Sesampainya di stasiun, gua bersama saudara gua langsung ke loket. Tercatat ticket kereta yang gua pegang arah Semarang, keberangkatan jam 20.00 wib. Gua melihat jam di ponsel gua baru jam 19.30 wib.
Sambil berjalan enjoy, di ujung jalan saudara gua manggil seorang. Kirain gua ada apakah, walau sebenarnya yang saudara gua panggil itu rekan muncaknya . Ngobrol-ngobrol dengan ditemani kopi hitam pekat yang di pesan dari pedagang asongan di seputar, tidak lupa di selingi sebatang roko yang membuahkan situasi percakapan hangat saat malam itu. 30 menit telah berlalu, waktu keberangkatan sudah datang serta langsung bergegas masuk ke stasiun untuk cari gerbong yang tercatat di semasing ticket yang di pegangnya.
Situs Taruhan Bola Terpercaya Di Indonesia
Situs Taruhan Bola Terpercaya Di Indonesia
Cahaya matahari menggugah dari tidur kami, memberikan jika waktu pagi sudah tiba. Waktu gua membuka mata, bentangan tanaman padi yang indah serta gunung-gunung yang menjulang tinggi meningkatkan keelokan wilayah seputar. kereta meluncur dengan kecepatannya, menyapu rel dengan genggamannya yang erat seolah-olah tidak ingin melepas genggamannya itu. hahaha
Speaker dari stasiun Semarang terdengar dengan tuturnya menyongsong kehadiran beberapa pemakai kereta arah Semarang. Kereta meluncur dengan perlahan-lahan serta stop pas di seputar peron. Kami bergegas turun dari gerbong kereta serta keluar langsung dari stasiun. Sama dengan di stasiun lainnya, beberapa pelacak nafkah banyak yang berlalu lalang, ada yang tawarkan layanan antar dari Ojek, transportasi umum, taksi, bis, metromini serta mobil losbak/pick up ikut juga sisi dalam layanan antar ke tempat arah semasing. Kalau bajaj tidak ada yaa, soalnya ini bukanlah di Jakarta.
Jam di tangan memberikan jam 7 pagi, kami berjalan enjoy sekalian bergurau serta ketawa kecil. Sebab saat itu masih pagi, kami putuskan untuk sarapan terlebih dulu di dalam rumah makan sebelum meneruskan perjalanan kami ke tempat arah kami. Dibuka dengan gurauan dari salah satunya rekan saudara gua pada si penjual makanan itu, oiya gua belum kenalin rekan-rekan gua. Saat itu gua berempat gan, itu yang membuka gurauan namanya Dominguez panggilannya Anes serta satu lagi Rahma.
Lanjut, dibuka dengan gurauan bahasa jawanya dari Anes pada penjual makanan itu, gua tidak tahu ngomong apa ia ke penjualnya. mereka tertawa, gua ikut juga tertawa meskipun dengan pemahaman yang lain. Mereka tertawa dengan obrolannya, sedang gua tertawa dengan tidak ngertinya percakapan mereka.
Sesudah menanti beberapa waktu, pesanan kamipun tiba. Tanpa ada basa-basi, kami langsung melahap makanan yang sudah kami pesan itu dan kadang-kadang meneguk air teh hangat yang sudah disiapkan. Sarapan pagi usai, kami terlibat perbincangan tentang transfortasi apakah yang akan kami pakai untuk ke arah tempat arah kami. Sebab dari kami cuma Anes yang dapat bahasa jawa, Anes tanya-tanya ke masyarakat seputar sekitar alat transfortasi yang cocok buat kami pakai.
Beberapa waktu selanjutnya, Anes kembali pada meja makan masuk bersama-sama kami lagi sesudah cari info serta ia menerangkan jika alat transfortasi yang cocok untuk dipakai kecuali dapat mengirit pengeluaran dan mengefisienkan waktu , pertama kami naik metromini dari Stasiun ke arah terminal bis, lupa gua terminal apa namanya. Ke-2, naik bis arah boyolali kalau tidak salah, terus dilanjut naik mobil pribadi/mobil preman arah basecamp New Selo. Sebab pada saat itu arah kita gunung merapi, tidak jadi ke merbabu.